Garasi Kembali dengan Album Baru dan "Vokalis Baru"

| Posted in


Jakarta - Bukan perkara mudah bagi sebuah band untuk mencari pengganti personel yang menyatakan keluar. Apalagi jika yang keluar adalah orang terdepan dari band itu. Hal inilah yang dialami Garasi, band kelahiran tahun 2005 yang mengusung musik electronic rock. Awal tahun 2009, gitaris Fedi Nuril dan drummer Aries Budiman ditinggal oleh vokalis mereka, Ayu Ratna, karena masalah ketidakcocokkan.Namun, dengan album terbaru mereka yang diberi tajuk Kembali, 

Garasi menunjukkan bahwa keluarnya frontwoman tersebut justru membuat mereka lebih berani dalam melakukan eksperimen bermusik. Mereka melakukan banyak perubahan di sana sini, baik secara warna musik, tema lagu dan lirik yang lebih positif, serta tampilan luar yang cenderung lebih fashionable dan terang dibanding dulu.Perubahan formasi yang mencolok juga dilakukan, dengan tambahan dua peluru, kini Garasi bukan lagi sebuah band trio, melainkan band kuartet. 

Dua peluru tersebut adalah vokalis Higin Ayuga, eks-vokalis band screamo Sukabumi bernama If I Die Tomorrow, dan basis Wembri Alistha, yang sebelumnya berlaku sebagai additional dan sempat tergabung dalam sebuah band bersama Sony J-Rocks. Berdua, mereka menulis 90 persen materi yang ada di Kembali. Bahkan, single perdana “Hidup Hanya Sekali” ditulis Wembri bersama mantan rekan bandnya, Dimas Pandu.Mengapa Fedy dan Aries berani memberikan kepercayaan yang begitu besar terhadap personel baru? Simak wawancara Rolling Stone Indonesia dengan Garasi berikut ini. 
 

Sempat merasa frustrasi dengan keluarnya Ayu Ratna? 

Fedi: Frustrasi sih nggak. Justru itu tindakan yang benar dan menimbulkan perasaan paling benar. It feels right.Jadi tadinya Ayu adalah beban untuk kalian?Fedi: Intinya, tidak ada kecocokkan chemistry lagi. Kalau diteruskan malah tidak akan menghasilkan album. Makanya waktu Ayu keluar kami tidak merasa frustrasi, tapi lega. 
 

Sejak kapan chemistry dengan Ayu hilang? 

Fedi: Enam bulan setelah album kedua (Garasi II) dirilis. 

Kenapa penggantinya laki-laki? 

Fedi: Waktu buka audisi, fokusnya tetap mencari perempuan. Ada sekitar 200 orang yang kami audisi, mayoritasnya perempuan. Suara mereka bagus-bagus, semuanya bisa nyanyi, tapi tidak ada yang cocok, karena kami mencari yang unik. Justru vokalis kami yang sekarang, Higin, ketemunya nggak sengaja.Aries: Selain audisi terbuka di Miles, gue pribadi juga hunting band indie. 

Kebetulan di daerah gue, Sukabumi, banyak band indie. Nah, Higin ini termasuk peserta yang gue audisi. Gue dikenalin sama teman gue, namanya Lafa Green. Waktu itu dia bilang, “Nih ada vokalis band Sukabumi bagus.” Higin dulu masih tergabung dengan band screamo bernama If I Die Tomorrow. Gue langsung ajak di ke rumah buat take vokal. Ternyata keren, unik, dan vokalnya seperti perempuan. 

Pas gue kasih dengar ke Fedi, dia kira itu perempuan, sampai bilang, “Cantik nggak nih?” Akhirnya Higin ketemu sama kami, tapi belum ketemu sama Ibu Mira (Lesmana, produser). Akhirnya dia disuruh garap ulang lagu “Hilang” dengan warna dia sendiri. Pas udah selesai, kami langsung kasih ke Ibu Mira. Dia pun responnya sama: “Wah, boleh nih. Minta dong fotonya! Cantik nggak?” 

Sebenarnya kriteria utama untuk jadi vokalis Garasi itu apa saja? Kenapa Higin yang terpilih? 

Aries: Unik. Warna vokal yang belum ada di Indonesia. 

Fedi: Androgyny.Jadi suara femininnya berpengaruh agar ada unsur perempuan seperti Garasi yang dulu?Aries: Pengaruh banget sih. Soalnya kami terbiasa menulis lagu dengan range vokal perempuan. Nah, dia itu bisa range laki-laki dan perempuan. Itu memudahkan kami.Fedi: Yang ada di kepala gue adalah: “Nah, ini unik nih.” Gue pribadi sih nggak pernah patokin kalau vokalis yang baru ini harus sama dengan yang dulu. Tujuan kami itu merombak, buat yang baru, yang dulu lupain. 

Nah dengan suara Higin yang androgyny ini, kami punya daya tarik sendiri. Itu keunikan yang kami cari. Bahkan, sampai sekarang banyak yang mengira kalau vokalis baru Garasi itu perempuan. Efek itulah yang membuat kami merasa sukses dalam mencari pengganti. Malah ada yang mengira kalau itu Ayu. 


90 persen materi kalian di Kembali ditulis personel baru. Kenapa kalian berani memercayakan hal tersebut?

Aries: Kalau misalnya diawali dengan gue dan Fedi yang buat lagu, takutnya malah sama seperti dulu lagi. Sedangkan kami ingin berubah total tapi dengan genre yang tetap sama.Fedi: Wembri dari album kedua itu sudah menjadi additional bassist kami. Begitu vokalis lama keluar, dia juga sudah ada persediaan banyak lagu dan menurut kami lagu-lagunya bagus. Kami pun mengangkatnya menjadi personel tetap. Higin juga ketika masih dalam tahap kemungkinan besar kami terima, kami juga mau lihat cara penulisan lagunya. Seperti kata Aries, tujuan kami adalah menggabungkan yang lama dengan yang baru sehingga terciptalah nuansa dan tema musik Garasi yang baru. 

Ada pengaruh dari penghuni lama band yang mungkin mengidap writer’s block? 

Fedi: Gue sih mengalami itu. Gue hanya membantu penulisan lirik dan penggarapan lagu, tapi untuk basic musiknya dari gue nggak keluar. Kebetulan mereka aktif dan itu membuat gue semakin makan gaji buta. Dan ternyata itu menyenangkan. 

Vokalis barunya sebelumnya merupakan penggemar Garasi ya? Seberapa nge-fans? 

Higin: Iya. Dulu pernah nonton Garasi secara live, gue sampai niat masuk ke kerumunan, crowd supaya bisa dengar semua sound-nya, kiri dan kanan. Di sana itu sebenarnya nggak banget buat gue, sebelah kiri anak-anak STM, sebelah kanan orang manalah gitu. Tapi gue tetap berusaha di sana dan akhirnya gue merasa puas. Gue melihat performance mereka dan gue pikir, “Gila nih, keren banget.” 

Berarti Anda suka materi lama Garasi? 

Higin: Iya, dari gue suka dari album pertama. Kasarnya begini, kalau gue lagi bersih-bersih hard disk, band Indonesia yang gue tinggalin ya Garasi. 

Ada perasaan berat hati karena dengan kedatangan Anda, musik Garasi justru berubah? 

Higin: Tidak sama sekali, karena dari awal proyek ini memang menawarkan sesuatu yang baru. Alasan utamanya adalah menciptakan karya yang benar-benar baru dari segala aspek. 

Fedi: Kami nggak minta Higin untuk mengikuti, tapi untuk bertemu di tengah, untuk membawa apa yang dia punya dan jadi dirinya sendiri. Yang dulu lupain saja. 

Apa perbedaan paling mencolok dalam pengerjaan album dengan bertambahnya personel jadi empat? 

Aries: Lebih nge-band. Kalau dulu kan pengerjaannya sangat digital, tapi sekarang kami benar-benar band. Dulu nggak pernah ada tuh orang bilang, “Gue punya kunci gitar seperti ini nih...” Sekarang jamming-nya ada. 
Fedi: Semakin ke sini kami menyadari kalau ternyata kami lebih menyukai yang analog. Sekarang lebih mengandalkan skill daripada computerize-nya. 

Kenapa pilih Bongky Marcell sebagai music director? 

Fedi: Kami mau mencari produser yang memang feel-nya nge-band banget tapi tetap ada nuanasa elektroniknya. Manajer kami mengajukan Bongky, karena sebelumnya beberapa teman kami juga pernah sama dia. Dan siapa yang lebih nge-band dan rock n’ roll dari Bongky, kan? Kami juga sudah dengar beberapa karya dia yang memang memasukkan unsur elektronik dan menurut kami dia akan cocok dengan kami.Wembri: Bongky juga bilang sendiri kalau bekerja dengan Garasi itu pengalaman yang baru buat dia, karena unsur elektroniknya lebih kental. 

Lagu “Hilang” yang salah satu penulisnya adalah Ayu Ratna kembali dimasukkan ke album. Kenapa? 

Aries: Salah satu alasan Ibu Mira memilih Higin adalah karena lagu itu. Menurut Ibu Mira, “Hilang” itu seharusnya seperti garapan Higin, terutama dari segi nuansa. Kalau di album pertama kan nge-beat, sedangkan kalau kami telaah liriknya cocoknya ya seperti buatan Higin itu. Higin juga berhasil membuat lagu tersebut menjadi miliknya. 

Wembri: Gue juga sempat memperdengarkan lagu itu ke Ayu, dan dia merasa puas dan senang kalau “Hilang” digarap ulang menjadi sebagus itu. 

Fedi: Kami juga nggak menyangka kalau lagu itu dirombak menjadi sebagus itu, jadi lagu tersebut wajib masuk ke dalam album. 

Single perdana album ini, “Hidup Hanya Sekali”, dibuat Wembri bersama rekan band lamanya, Dimas Pandu. Bagaimana prosesnya? 

Wembri: Lagu itu pertama kali dbuat sudah lama sekali, tahun 2001. Awalnya dibuat sebagai materi band lama gue. Dimas yang pertama kali menemukan kuncinya. Seiring dengan berjalannya waktu, band lama gue itu bubar. Sampai akhirnya gue bilang ke dia, “Gimana kalau lagu buatan elo dibawain sama Garasi?” Alhamdulillah, dia menyambut baik. Dan gue nggak pernah menyangka kalau lagu itu akan menjadi single awal, karena tantangan paling besar dalam album Kembali ada di lagu ini. 

Fedi: Lagu itu adalah lagu yang penggarapannya paling susah. Pribadi, gue merasa kurang cocok kalau lagu itu dijadikan single, tapi dari pihak produser bilang kalau itu lagu bagus. Pengerjaannya ribet di studio, karena kami mau sampai puas dan nggak mau merasa tanggung. Mencari beat dasar agar itu jadi lagu Garasi saja sudah sangat susah. Sampai mixing-nya pun harus dilakukan berkali-kali karena terus merasa ada yang kurang. Orang banyak yang berpikir kalau itu lagu pop, padahal pengerjaannya rock sekali. Melibatkan banyak emosi. 

Aries: Berarti masyarakat menilai pop atau tidaknya lagu dari tempo mungkin ya? 


Kalian pernah menganggap diri kalian perfeksionis? 

Wembri: Kalau mau mengikuti hati sih inginnya yang sempurna, tapi kalau selalu mengikuti kata hati, mungkin kami tidak akan merasa puas. Makanya kami membutuhkan music director dan orang lain, untuk menengahi dan ngerem apa yang kami rasakan. Apalagi label rekaman dan produser, mereka yang lebih mengerti telinga dan sound untuk publik Indonesia. 


Kalau dibandingkan, musik Garasi dulu dan sekarang, mana yang lebih memuaskan? 

Higin: Terus terang, untuk proyek baru ini gue sangat puas. Gue pernah mendengarkan album Kembali berdua sama Aries di mobil dengan volume speaker tinggi. Puas banget rasanya. 

Aries: Sepanjang album edan. Memuji diri sendiri nggak apa-apa deh. 

Wembri: Puasnya itu sampai pada titik yang gue pribadi merasa bangga dengan band ini. Karena musik-musik yang sekarang, gue bangga dengan mereka-mereka ini. Puas dan bangga. 

Fedi: Kami puas dengan yang dulu, karena kami buatnya pun dengan penuh kerja keras. Sekarang pun kami juga puas, karena kami mencapai tujuan dan target, yaitu membuat lagu-lagu Garasi yang jauh berbeda dari materi-materi terdahulu. 

Berani bilang kalau ini album terbaik yang pernah dirilis Garasi? 

Fedi: Orang yang menilai mungkin ya? Setiap album sih kami buat pol-polan, tapi apa ini sudah jadi album terbaik? Masih belajar juga. Tapi kami selalu berharap kalau setiap album Garasi bisa menjadi album legendaris yang selalu jadi referensi hingga 20 sampai 30 tahun yang akan datang di jajaran album-albumnya Slank dan Godbless. Amin. 

Bagaimana tanggapan Anak Garaz (sebutan bagi penggemar Garasi) terhadap perubahan yang dilakukan Garasi? 

Wembri: Memang ada pengurangan penggemar, tapi di lain pihak kami juga berhasil menggaet penggemar baru.Fedi: Kami selalu ingin melakukan sesuatu yang baru. Kami nggak mau mengulang-ulang hal yang sama. Kami juga tahu kalau memuaskan semua orang itu nggak mungkin. Yang penting kami harus yakin dengan musik kami sendiri, dan itu akan berdampak hebat kepada pendengar. Penggemar kami harus selalu siap dengan kejutan. Perubahan itu perlu. 



sumber: http://rollingstone.co.id/read/2011/09/19/171259/1725828/1095/garasi-kembali-dengan-album-baru-dan-vokalis-baru?